Work Load Analysis (WLA) / Analisis Beban Kerja



Menurut Arif, R. (2012), metode Work Load Analysis (WLA) dilakukan untuk mengetahui tingkat efisiensi kerja berdasarkan total persentase beban kerja dari job yang diberikan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dan dapat menentukan jumlah karyawan yang sebenarnya untuk dipekerjakan dalam sebuah bagian yang diamati dengan  langkah – langkahnya sebagai berikut.
Menurut Arif, R. (2012), beban kerja dapat diperoleh dari :
  1. Mengetahui struktur organisasi dan job description tiap jabatan
  2. Menentukan aktivitas dan waktu penyelesaian aktivitas tiap posisi jabatan. Aktivitas-aktivitas tersebut dikelompokkan pada job description yang dilakukan oleh aktivitas terkait.
  3. Melakukan pengamatan untuk menghitung besarnya persentase produktif dan non produktif.
  4. Penentuan Performance Rating ( Faktor Penyesuaian ) dan Allowance ( Faktor Kelonggaran )
a.     Perfomance Rating / Faktor penyesuaian (p)
Menurut Sutalaksana (2006), faktor penyesuaian ditentukan dalam rangka mengoreksi segala ketidakwajaran yang terjadi yang ditunjukkan oleh pegawai selama masa pengamatan dilakukan. Sebagai contoh jika pengukur mendapatkan harga rata-rata siklus/ elemen yang diketahui diselesaikan dalam kecepatan tidak wajar oleh operator, maka agar harga rata-rata tersebut menjadi wajar, pengukur harus menormalkannya dengan melakukan penyesuaian. Salah satu metode penyesuaian yang dianggap objektif adalah penyesuaian yang disusun oleh Lawry, Maynard dan Stegemarten yang dinamakan penyesuaian Westinghouse. Penyesuaian Westinghouse merupakan metode penyesuaian yang melakukan penyesuaian melalui empat aspek yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi.
Tabel penyesuaian menurut Westinghouse dapat dilihat pada Tabel 2.1 Faktor Penyesuaian pada halaman lampiran C-1
b.     Allowance / Faktor Kelonggaran (k)
Menurut Sutalaksana (2006), kelonggaran merupakan waktu-waktu yang diberikan kepada pekerja untuk tiga hal, yaitu untuk kebutuhan pribadi (misalnya makan dan minum), untuk menghilangkan rasa fatigue (kelelahan) dan untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan dalam pekerjaan. Kelonggaran-kelonggaran ini memiliki nilai masing-masing yang telah ditentukan. Ketiganya ini merupakan hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja, dan yang selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat, ataupun dihitung. Karenanya sesuai pengukuran dan setelah mendapatkan waktu normal, kelonggaran perlu ditambahkan.
Menurut Sutalaksana (2006), kelonggaran bagi seorang pekerja di bagi sebagai berikut :
Ø  Kelonggaran untuk Kebutuhan Pribadi (Personal Allowance)
Kelnggaran ini meiputi hal-hal seperti minum sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, kekamar kecil, bercakap-cakap dengan teman sekerja sekedar menghilangkan ketegangan ataupun kejenuhan dalam bekerja.
Kebutuhan-kebutuhan ini jelas terlihat sebagai sesuatu yang mutlak. Hal ini tidak bisa apabila seseorang diharuskan  terus bekerja dengan rasa dahaga, atau melarang pekerja untuk sama sekali tidak bercakap-cakap sepanjang jam-jam kerja. Larangan demikian tidak saja merugikan pekerja (karena merupakan tuntutan psikologi dan fisiologi yang wajar) tetapi juga merugikan perusahaan karena dengan kondisi demikian pekerja tidak akan dapat bekerja dengan baik bahkan hampir dapat dipastikan produktivitasnya menurun.
Besarnya kelonggaran yang diberikan untuk kebutuhan pribadi seperti itu berbeda-beda dari satu pekerjan ke pekerjaan lainnya karena setiap pekerja mempunyai karakteristik sendiri-sendiri dengan “tuntutan” yang berbeda-beda.
Ø  Kelonggaran Untuk Menghilangkan Rasa Lelah (Fatique Allowance).
Rasa fatique tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah maupun kualitas. Kerenanya salah satu cara untuk menentukan besarnya kelonggaran ini adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat pada saat-saat dimana hasil produksi menurun. Tetapi masalahnya adalah kesulitan dalam menentukan pada saat-saat mana menurunnya hasil produksi yang disebabkan oleh timbulnya rasa fatique karena masih banyak kemungkinan lain yang dapat menyebabkannya.
Jika rasa fatique telah datang dan pekerja harus bekerja untuk meghasilkan performance normalnya, maka usaha yang dikeluarkan pekerja lebih besar dari normal dan ini akan menambah rasa fatique. Apabila hal ini berlangsung terus menerus memungkinka akan terjadi fatique total yaitu jika anggota badan yang bersangkutan sudah tidak dapat melakukan gerak kerja sama sekali walaupun sangat dikehendaki, hal demikian jarang terjadi karena berdasarkan pengalamannya pekerja dapat mengatur kecepatan kerjanya sedemikian rupa, sehingga lambatnya gerakan-gerakan kerja ditunjukan untuk menghilangkan rasa fatique ini.
Ø  Kelonggaran Untuk Hambatan-Hambatan (Delay Allowance).
Dalam melaksanakan pekerjaanya, pekerja tidak akan lepas dari berbagai “hambatan”, ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol yang berlebihan dan menganggur dengan sengaja ada pula hambatan yang tidak dapat dihindarkan karena berada diluar kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya. Bagi hambatan yang pertama jelas tidak ada pilihan selain menghilangkannya sedangkan bagi yang terakhir walaupun harus diusahakan serendah mungkin, hambatan akan tetap ada dan  karenanya harus diperhitungkan dalam waktu baku.
Besarnya hambatan untuk kejadian-kejadian seperti itu sangat bervariasi dari suatu pekerjaan lain bahkan suatu stasiun kerja ke stasiun kerja lain karena banyaknya penyebab seperti, mesin, kondisi mesin, prosedur kerja, ketelitian suplai alat dan bahan dan sebaginya. Salah satu cara yang baik yang biasanya digunakan  untuk menentukan besarnya kelonggaran bagi hambatan yang tidak terhindarkan adalah dengan melakukan sampling pekerjaan.


No
Faktor
Contoh Pekerjaan
Ekivalen Beban (Kg)
Kelonggaran (%)
A. Tenaga yang dikeluarkan
Pria
Wanita
1
Dapat diabaikan
Bekerja di meja, duduk
Tanpa beban
0,0 - 0,6
0,0 - 6,0
2
Sangat ringan
Bekerja di meja, berdiri
0,00 - 2,25
6,0 - 7,5
6,0 - 7,5
3
Ringan
Menyekop, ringan
2,25 - 9
7,5 - 12
7,5 - 16,0
4
Sedang
Mencangkul
9,00 - 18,00
12,0 - 19,0
16,0 - 30,0
5
Berat
Mengayun palu yang berat
18,00 - 27,00
19,0 - 30,0

6
Sangat berat
Memanggul beban
27,00 - 50,00
30,0 - 50,0

7
Luar biasa berat
Memanggul karung berat
diatas 50 Kg


No
Faktor
Contoh Pekerjaan
Kelonggaran (%)
B. Sikap Kerja
1
Duduk
Bekerja duduk, ringan
0,00 - 1,0
2
Berdiri di atas dua kaki
Badan tegak, ditumpu dua kaki
1,0 - 2,5
3
Berdiri di atas satu kaki
Satu kaki mengerjakan alat kontrol
2,5 - 4,0
4
Berbaring
Pada bagian sisi, belakang atau depan badan
2,5 - 4,0
5
Membungkuk
Badan dibungkukkan bertumpu pada kedua kaki
4,0 - 10,0
No
Faktor
Contoh Pekerjaan
Kelonggaran (%)
C. Gerakan Kerja
1
Normal
Ayunan bebas dari palu
0
2
Agak terbatas
Ayunan terbatas dari palu
0 – 5
3
Sulit
Membawa beban berat pada satu tangan
0 - 5
4
Pada anggota-anggota badan terbatas
Bekerja dengan tangan di atas kepala
5 - 10
5
Seluruh anggota badan terbatas
Bekerja di lorong pertambangan yang sempit
10 - 15
No
Faktor
Contoh Pekerjaan
Kelonggaran (%)
D. Kelelahan Mata *)
Pencahayaan baik
Buruk
1
Pandangan yang terputus - putus
Membawa alat ukur
0,0 - 6,0
0,0 - 6,0
2
Pandangan yang hampir terus menerus
Pekerjaan - pekerjaan yang teliti
6,0 - 7,5
6,0 - 7,5
3
Pandangan terus menerus dengan fokus tetap
Pemeriksaan yang sangat teliti
7,5 - 12,0
7,5 - 16,0
4
Pandangan terus menerus dengan fokus berubah – ubah
Memeriksa cacat - cacat pada kain
12,0 - 19 ,0
16,0 - 30,0
5
Pandangan terus menerus dengan konsentrasi tinggi dan fokus tetap

19,0 - 30,0
6
Pandangan terus menerus dengan konsentrasi tinggi dan fokus berubah – ubah

30,0 - 50, 0
No
Faktor
Suhu (C)
Kelonggaran (%)
E. Keadaan Suhu Tempat Kerja **)
Kelelahan normal
Berlebihan
1
Beku
Di bawah 0
di atas 10
diatas 12
2
Rendah
0 – 13
10 - 0
12 - 5
3
Sedang
13 – 22
5 - 0
8 - 0
4
Normal
22 -28
0 - 5
0 - 8
5
Tinggi
28 – 38
5 - 40
8 - 100
6
Sangat Tinggi
di atas 38
diatas 40
diatas 100
No
Faktor
Deskripsi
Kelonggaran (%)
F. Keadaan Atmosfer ***)
1
Baik
Ruang yang berventilasi baik, udara segar
0
2
Cukup
Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan (tidak berbahaya)
0 - 5
3
Kurang Baik
Adanya debu dalam jumlah banyak
5 - 10
4
Buruk
Adanya bau-bauan berbahaya yang mengharuskan menggunakan  alat pernafasan
10 - 20
No
Faktor
Kelonggaran (%)
G. Keadaan lingkungan yang baik
1
Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah
0
2
Siklus kerja berulang-ulang antara 5-10 detik
0 - 1
3
Siklus kerja berulang-ulang antara 0-5 detik
1 - 3
4
Sangat bising
0 - 5
5
Jika faktor - faktor yang berpengaruh dapat menurunkan kualitas
0 - 5
6
Terasa adanya getaran lantai
5 - 10
7
Keadaan - keadaan yang luar biasa ( bunyi, kebersihan, dll)
5 - 15
*)
Kontras antara warna sebaiknya diperhatikan
**)
Tergantung pada keadaan ventilasi
***)
Dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat kerja dari permukaan laut dan keadaan iklim



  1. Perhitungan besarnya beban kerja (BK) dengan menggunakan rumus di bawah ini :
BK = ( % Produktif x Performance Rating )x( 1 + Allowance )                                                                (II.8)                                                              
dimana         : BK adalah beban kerja
% Produktif adalah rata-rata persentase waktu produktif selama pengamatan (p)
  1. Penentuan jumlah pegawai yang optimal tiap posisi jabatan, diperoleh dengan pembulatan keatas dari hasil perhitungan besarnya beban kerja.
  2. Melakukan perbandingan jumlah pegawai awal dan jumlah pegawai rekomendasi.

Komentar

Postingan Populer